Dalam Pelaksanaan Pelatihan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipenuhi oleh penyelenggara agar inklusif sebagai berikut:
1. Mengundang kelompok yang beragam
Pastikan untuk mengundang kelompok yang tepat. Dalam kegiatan PCSP, target dari sambungan perpipaan air limbah adalah seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mengundang peserta yang beragam termasuk perempuan, penyandang disabilitas, dan berbagai kelompok etnis masyarakat dalam pelatihan.
PERINTIS bersama Pemerintah Daerah menjadikan perempuan, penyandang disabilitas, dan juga kelompok rentan lain sebagai target utama pelatihan sehingga penting untuk memastikan bahwa minimal 30% peserta adalah perempuan.
Selain fokus pada kelompok rentan, pelatihan difokuskan juga pada staf pemerintah daerah, tokoh masyarakat, kontraktor, dan masyarakat lokal yang berada di dalam lokasi jaringan perpipaan SPALD-T.
Penting untuk menyampaikan undangan beberapa hari sebelum pelatihan dimulai, sehingga peserta memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan diri.
Selain itu, sediakan informasi yang jelas mengenai aksesibilitas lokasi pelatihan. Hal ini meliputi ketersediaan jalan landai (ramp), toilet yang ramah penyandang disabilitas, dukungan juru bahasa isyarat, dan kemudahan akses ke lokasi pelatihan.
PERINTIS memiliki dua target dalam pelatihan, sebagai berikut:
-
Target Utama
- Pelatihan bagi perempuan, pemuda/i yang belum bekerja, penyandang disabilitas, Ketua RT/RW/Tokoh Masyarakat di wilayah pembangunan sambungan rumah pengolahan air limbah dengan sistem perpipaan (SPALD-T),
- Pelatihan bagi tukang dan kenek tukang di wilayah PCSP,
- Pelatihan bagi staf pemerintah (Tim Sosialisasi PCSP) termasuk bagi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Perumda Tirta Musi Palembang,
- Pelatihan bagi kontraktor pelaksana pembangunan sambungan rumah, dan
- Pelatihan bagi Ketua RT/RW/Tokoh Masyarakat/Kader Posyandu/Kader PKK setempat di wilayah yang menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat.
-
Target Pendukung
- Pelatihan bagi Pelatih dan Fasilitator yang dilakukan oleh Dinas/Perumda Tirta Musi, dan
- Pelatihan bagi Pelatih dan Fasilitator di Penyedia Jasa Pelatih.
2. Desain Format Pelatihan yang Inklusif
- Pelatih dan Fasilitator
Pastikan untuk menyediakan pelatih dan fasilitator yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dalam setiap sesi pelatihan. Kehadiran pelatih beragam gender akan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. - Narasumber/Pelatih
Libatkan narasumber dan pelatih dari berbagai pihak untuk memperkaya perspektif dalam pelatihan. Contohnya, ajak pelatih perempuan dan perwakilan dari organisasi penyandang disabilitas untuk memberikan pandangan mereka, sehingga peserta dapat mendengar beragam pengalaman. - Menggunakan metode pelatihan interaktif
Pelatihan interaktif bersifat tidak satu arah, berbagai metode dapat digunakan agar pelatihan menjadi interaktif seperti membagi peserta pelatihan menjadi kelompok-kelompok kerja yang akan mendiskusikan materi pelatihan, melakukan bermain peran (roleplay) sebagai tim sosialisasi, memberikan cukup waktu untuk sesi tanya jawab, dan juga dapat menyelipkan permainan-permainan atau kuis terkait materi pelatihan di sela-sela pemberian materi. Pendekatan pelatihan semacam ini dapat meningkatkan partisipasi aktif dari semua peserta agar suasana lebih akrab dan inklusif. - Membuat alat ukur untuk melihat efektifitas pelaksanaan pelatihan:
Untuk melihat contoh pre dan post test juga formulir umpan balik, silakan buka Modul Pelatihan.
3. Bahan Presentasi Jelas dan Mudah Dibaca/Dilihat
Jika Menggunakan PowerPoint:
- Pilih jenis huruf (font) yang jelas, dengan ukuran di atas 30 (misalnya Arial atau Verdana) untuk meningkatkan keterbacaan.
- Pastikan slide presentasi hanya berisi poin-poin penting agar informasi lebih mudah dipahami.
- Gunakan kombinasi warna yang kontras untuk membuat teks mudah dibaca.
- Sertakan tulisan dan grafik yang cukup besar sehingga peserta dapat dengan mudah melihatnya dari jauh.
Jika Menggunakan Juru Bahasa Isyarat (JBI):
- Pastikan bahan presentasi dibagikan kepada JBI sebelum acara, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan baik.
- Pelatih/narasumber sebaiknya berbicara dengan jelas dan perlahan-lahan agar JBI dapat menerjemahkan informasi dengan akurat.
Takarir (caption) dalam Video:
- Pastikan setiap video yang digunakan dalam presentasi dilengkapi dengan teks atau takarir (caption), sehingga informasi dapat diakses oleh semua peserta, termasuk mereka yang membutuhkan dukungan tambahan.
4. Data Terpilah GEDSI untuk Peserta Pelatihan
Kumpulkan data terkait peserta maupun pelatih/fasilitator yang terlibat dalam pelatihan, yang harus mencakup jumlah peserta berdasarkan kategori sebagai berikut:
Peserta dan pelatih/fasilitator:
- Laki-laki
- Perempuan
- Penyandang disabilitas
Dengan memisahkan data ini akan dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai komposisi peserta pelatihan, yang penting untuk evaluasi keberagaman dan inklusi dalam program.
5. Penilaian Aksesibilitas Pelatihan yang Telah Diselenggarakan

Lakukan survei pascapelatihan untuk mengumpulkan umpan balik mengenai penyelenggaraan pelatihan yang inklusif. Hal ini mencakup beberapa aspek penting, antara lain:
- Kesesuaian Topik Pelatihan: Evaluasi sejauh mana topik yang dibahas dalam pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta
- Metode dan Bahan Pelatihan: Tanyakan tentang efektifitas metode yang digunakan serta kualitas bahan pelatihan yang disediakan.
- Pelatih dan Fasilitator: Dapatkan masukan mengenai kinerja pelatih dan fasilitator dalam menyampaikan materi.
- Tempat Pelatihan: Kumpulkan pendapat tentang aksesibilitas dan kenyamanan lokasi pelatihan.
- Saran untuk Perbaikan: Ajak peserta untuk memberikan saran dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pelatihan mendatang.
Dengan melakukan penilaian ini, Anda dapat memperoleh wawasan yang berharga untuk meningkatkan kualitas dan inklusifitas pelatihan di masa depan.
6. Tempat Pelatihan yang Mudah Diakses
Dalam menentukan lokasi pelatihan, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan kelompok penyandang disabilitas. Disarankan untuk berkonsultasi dengan komunitas penyandang disabilitas atau organisasi terkait, seperti Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) atau Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI).
Berikut adalah beberapa contoh kriteria lokasi yang dapat diakses:
- Aksesibilitas Transportasi: Pilih lokasi pelatihan yang dapat diakses dengan transportasi umum, sehingga peserta tidak mengalami kesulitan dalam mencapai tempat pelatihan.
- Tersedianya jalan landai (ramp): Pastikan ada ramp yang memadai untuk memasuki lokasi pelatihan, sehingga memudahkan semua peserta, termasuk penyandang disabilitas, untuk mengakses tempat tersebut.
- Toilet yang Ramah Disabilitas: pastikan adanya toilet yang dapat diakses oleh pengguna kursi roda, dengan pintu yang lebih lebar dan bebas dari hambatan.
- Akses ke Tempat Pelatihan: Lebih disarankan untuk memilih tempat pelatihan yang terletak di lantai dasar agar akses lebih mudah bagi pengguna kursi roda.
Dengan memperhatikan kriteria aksesibilitas ini, Anda dapat memastikan bahwa pelatihan dapat diikuti oleh semua peserta tanpa hambatan.
7. Pengaturan Ruang Pelatihan yang Inklusif
Dalam mengatur ruang pelatihan, perhatikan hal-hal berikut untuk memastikan kenyamanan dan aksesibilitas bagi semua peserta:
- Ruang yang cukup untuk kursi roda: Pastikan terdapat cukup ruang di antara meja untuk memungkinkan pergerakan kursi roda dengan bebas
- Lantai bebas hambatan: Pastikan area pelatihan bebas dari hambatan. Amankan semua kabel dengan selotip agar tidak menimbulkan risiko tersandung bagi peserta
- Area untuk kerja kelompok: Sediakan area yang cukup untuk kegiatan kerja kelompok dan ice breaking, sehingga peserta dapat berinteraksi dan berkolaborasi dengan nyaman
- Mikrofon yang cukup: Pastikan tersedia sejumlah mikrofon agar semua peserta, termasuk mereka yang berada di bagian belakang, dapat mendengar dengan jelas
- Juru bahasa isyarat: Sediakan seorang juru bahasa isyarat dan posisikan mereka di depan, sehingga penyandang disabilitas tuli dapat melihat dengan jelas saat mereka menerjemahkan informasi
- Jalan landai (ramp) untuk pengguna kursi roda: Pastikan ada ramp yang memadai bagi pengguna kursi roda untuk mengakses ruang pelatihan dengan mudah.
Dengan memperhatikan pengaturan ini, Anda dapat menciptakan lingkungan pelatihan yang inklusif dan nyaman bagi semua peserta.
8. Menerapkan Prinsip Perlindungan (Safeguard)
Selalu masukkan Prinsip Perlindungan di setiap pelatihan dan pastikan setiap fasilitator menyampaikan prinsip ini pada sesi protokol pelatihan seperti:
- Pastikan pelatihan yang diselenggarakan baik di Lokasi pelatihan dan di Penyedia Jasa Pelatihan menerapkan prinsip-prinsip perlindungan dalam pelatihan. Semua pihak yang terlibat dalam pelatihan seperti pelatih, fasilitator, asisten fasilitator, dilarang untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip perlindungan seperti hal-hal di bawah ini:

- Menyediakan saluran pengaduan baik berupa kotak saran, spanduk, dan kontak yang dapat dihubungi agar peserta dapat mengakses bantuan jika merasa tidak aman atau nyaman.
- Menginformasikan kepada peserta dengan cara yang beragam, seperti penjelasan langsung, pemutaran video, atau kontrak belajar, mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pelatihan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan lingkungan pelatihan dapat menjadi aman dan mendukung bagi semua peserta.
9. Penyediaan Alat, Bahan Pelatihan, dan Unit Percontohan SPALD-T

Gunakan alat dan bahan pelatihan untuk mendukung penyampaian topik dan materi pelatihan agar lebih mudah diterima, dipahami, dan memberikan gambaran langsung mengenai isu yang dibahas. Dalam beberapa pelatihan, alat bantu seperti maket atau unit percontohan dapat meningkatkan pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan. Unit percontohan ini dimanfaatkan dalam Pelatihan Sanitasi Dasar. Selain itu, berbagai alat dan bahan pelatihan lainnya, seperti video, poster, dan sebagainya, juga dapat digunakan. Video yang disajikan dalam pelatihan dapat diproduksi dengan melibatkan tokoh lokal sebagai pemeran dalam video dan menggunakan bahasa lokal, sehingga informasi lebih mudah dipahami oleh masyarakat di wilayah target sasaran. Dengan penerapan ini, diharapkan peserta dapat lebih baik memahami konsep pengolahan air limbah dan praktik sanitasi yang inklusif dan efektif. PERINTIS membuat unit percontohan Sambungan Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga (mobile dan fixed demo units) dan unit percontohan Tangki Septik yang Aman.
10. Kunjungan Lapang
Kunjungan lapang menjadi metode pelatihan yang efektif dan menarik untuk mengajak peserta berdiskusi dengan warga yang sudah menyambung ke Sistem Pengolahan Air Limbah dan mengetahui manfaat yang dirasakan setelah menyambung.
Klik di sini untuk melihat langkah-langkah monitoring pascapelatihan.